Tradisi Ramadan Khas Palembang, Sajikan Bubur Suro yang Berusia Seabad

0

Urban ID - Saat bulan suci Ramadan ada berbagai tradisi yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satunya tradisi yang terus dilakukan, yakni bagi-bagi bubur Suro untuk berbuka puasa yang telah berusia seabad di masjid Al Mahmudiyah atau yang lebih dikenal dengan nama masjid Suro yang berada di Jalan Ki Gede Ing Suro 30 Ilir Palembang.

Bubur tersebut dimasak bersama-sama, kemudian disajikan dalam piring dan dihidangkan di masjid untuk dinikmati warga yang datang. Masjid yang lebih poluler dengan sebutan Masjid Suro tersebut, menyajikan aneka hidangan bubur daging yang berisi olahan daging dan aneka bumbu lainnya.

Setiap harinya selama Ramadan dari pukul 14.00 WIB, Kartibi, sang koki bersama para pengurus masjid yang lain telah menyiapkan bahan-bahan guna membuat bubur.

Tangannya yang renta memasuki usia senja tak membuat dirinya lupa cara mengaduk-aduk beras hingga menjadi bubur. Menurutnya dirinya senang melakukan pekerjaan yang bermanfaat bagi orang banyak. “Senangnya saya kalau orang-orang dapat berbuka puasa di sini, apa lagi kalau orang tersebut habis melakukan perjalanan jauh dan mampir untuk berbuka di sini,” ujarnya, Selas (6/5).

Untuk awal puasa perhari pihaknya memasak sekitar 5 kilogram beras. Kemudian, diatas 15 hari hingga 30 hari beras yang dijadikan bubur pun dikurangi karena banyak warga yang mengirimkan makanan juga ke Masjid. “Bubur ini bukan hanya dimasak saja, tetapi juga diberikan daging, rempah-rempah dan juga kecap,” jelas dia.

Tradisi bubur gratis di masjid Suro, merupakan tradisi lama bahkan masjid yang telah berdiri sejak akhir abad 18 atau tepatnya 1889 Masehi tersebut. Tradisi bubur saat puasa diakui Kartibi telah ada jauh sebelum dirinya tinggal di Masjid Suro dan bertahan hingga saat ini.

“Dari saya tinggal di masjid ini pada tahun 1971, tidak ada yang berubah untuk Tradisi pada bulan puasa, terkhususnya untuk memasak bubur tidak ada yang berbeda,” tambahnya.

Bubur daging yang dimasaknya hingga saat ini masih diburu dan disukai oleh warga. Bahkan warga rela mengantri, agar dapat berbuka puasa dengan bubur yang di buat oleh dirinya. “Saya sangat terharu, warga disini banyak menyenangi bubur buatan saya, mereka rela antri untuk dapat menikmati bubur, ada juga anak-anak ikut mengantri,” ungkapnya.

Walaupun tak ada yang istimewa pada bubur tersebut. Seperti membuat bubur daging pada umumnya. Namun tradisi dan sejarah yang panjang yang membuat bubur tersebut menjadi istimewa bagi warga. (bo)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here