Akibat asap tebal dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) membuat jadwal penerbangan di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang kembali kacau, Kamis (24/10). Tercatat, ada delapan penerbangan dari dan menuju bandara itu yang terganggu.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Sumatera Selatan, Bambang Beny Setiaji, mengatakan jarak pandang terendah pada pagi hari tanggal 24 Oktober 2019 berkisar hanya 700-900 meter dari pukul 04.00-06.00 WIB dengan kelembapan pada saat itu 92-86% dengan keadaan cuaca asap (smoke).
“Dampaknya ada delapan penerbangan di Bandara SMB II Palembang mengalami delay (tertunda). Itu berdasarkan laporan AIRNAV,” ujar Bambang di Palembang.
Dia menyebut, bahwa kondisi asap masih tetap berpotensi terjadi di Sumatera Selatan. Menurutnya, itu dikarenakan wilayah-wilayah yang memiliki jumlah hotspot (titik panas) yang signifikan belum terpapar hujan yang cukup mengingat luas dan dalamnya lahan gambut yang terbakar.
Ia mengungkapkan, untuk angin permukaan yang tercatat di BMKG Stasiun Meteorologi SMB II Palembang umumnya dari arah Timur–Tenggara dengan kecepatan 5-20 Knot (9-37 kilometer per jam) mengakibatkan potensi masuknya asap akibat karhutla ke wilayah Kota Palembang dan sekitarnya.
Sumber dari LAPAN, lanjut dia, hari ini tercatat beberapa titik panas di wilayah sebelah Tenggara Kota Palembang dengan tingkat kepercayaan di atas 80% yang berkontribusi asap ke wilayah Kota Palembang yakni pada wilayah Banyuasin 1, Pampangan, Pedamaran, Tulung Selapan, Cengal, Lempung, dan Pematang Panggang.
“Intensitas asap umumnya meningkat pada pagi hari (pukul 04.00-08.00 WIB) dan sore hari (pukul 16.00-20.00 WIB) dikarenakan labilitas udara yang stabil (tidak ada massa udara naik) pada waktu-waktu tersebut,” ungkap dia.
Dia menambahkan, fenomena asap sendiri diindikasikan dengan kelembapan yang rendah dengan partikel-partikel kering di udara, mengurangi jarak pandang, beraroma khas, perih di mata, mengganggu pernafasan dan matahari terlihat berwarna oranye/merah pada pagi atau sore hari.
“Ini berpotensi memburuk jika adanya campuran kelembapan yang tinggi (partikel basah atau uap air) sehingga membentuk fenomena kabut asap yang umumnya terjadi pada pagi hari,” ucap dia.
Dijelaskannya, hujan sistem konvektif berskala meso (Mesoscale Convective System/MCS) dengan indikasi awan hujan (cumulonimbus) yang memanjang lebih kurang 200 kilometer diyakini dapat memadamkan titik-titik panas karhutla dikarenakan hujan yang diakibatkana berlangsung lama dan biasanya terjadi pada malam hingga pagi hari.
“Kami imbau kepada masyarakat untuk senantiasa menggunakan masker dan berhati-hati saat bertransportasi pada pagi hari (pukul 04.00-08.00 WIB) dan sore hari (pukul 16.00-20.00) seiring potensi adanya partikel udara kering di udara (asap) dan menurunnya jarak pandang,” pungkasnya.