Belum banyak yang mengetahui bahwa sebelum sukses menjadi pengusaha hingga menjadi Bupati Kabupaten Lahat selama dua periode yakni 2008 -2013, 2013 -2018, Aswari pernah jungkir balik memperjuangkan hidup.
Bahkan, ia pernah menjadi pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat saat menjadi mahasiswa.
Meski berlatar belakang serba berkecukupan, Aswari nyatanya tak mau hidup dalam belenggu harta orang tua. Ia lebih memilih untuk memperjuangkan hidupnya sendiri di negeri rantau.
Selain menjadi pedagang di Pasar Tanah Abang, Aswari juga pernah membuka bisnis cuci mobil hingga rumah makan yang mengusung konsep martabak India, yang ia berinama dengan HAR atau Haji Aswari Riva’i.
“Kak Wari (sapaan akrab Aswari) ini orang yang keras hati. Walaupun orang tua cukup berada tapi tidak pernah mau tergantung dengan kekayaan orang tua, karena pesan orang tua Kak Wari hidup ini nyaman kalo kamu membelanjakan uang kamu sendiri, bukan uang orang tua kamu atau uang orang lain,” ucap Aswari Riva’i.
“Kak Wari memulai hidup ini boleh dikatakan jungkir balik dulu. Karena sombong. Sombongnya Kak Wari karena tidak mau mengandalkan kekayaan orangtua. Makanya Kak Wari bisa berteman dengan siapapun dalam berbagai kelas, karena Kak Wari pernah merasa di kelas bawah,” lanjut suami dari Rukmi Kurnia Sismartianty atau bunda Lisa ini.
Itulah sebabnya, setiap kali ada kesempatan Aswari selalu menyempatkan diri untuk berbincang santai dengan masyarakat, terutama masyarakat yang ia pimpin.
Bahkan, dia tidak canggung menyempil di antara pedagang asongan, meskipun statusnya sebagai mantan Bupati Kabupaten Lahat dia periode. Hal itu ia lakukan untuk memberikan motivasi dan masukan agar dagangan tetap berjalan.
“Kalau bertemu kak Wari memberikan semangat kepada pedagang asongan, beberapa pola dagangan yang bisa didagangkan dengan modal kecil tapi bisa berjalan dengan lancar. Kak Wari memberi semangat kepada mereka,” jelas ketua umum Pusat PB Perkemi ini.
Didikan orang tua yang mendorongnya untuk hidup mandiri, membuat seorang Aswari bertransformasi menjadi petarung andal. Jiwa mandiri itu lah yang kini ia tularkan ke banyak orang, terutama masyarakatnya di Kabupaten Lahat.
“Kak Wari seperti itu dulunya, orangtua Kak Wari berkata carilah nafkah kamu sendiri dengan tidak pernah berharap terhadap harta orangtua. Makanya Kak Wari bisa mandiri Kak Wari bisa pertahankan nama baik orangtua, jadi petarung ini. Kak Wari sangat menghormati masyarakat kelas bawah dan tidak akan pernah lupa asal Kak Wari darimana,” tutup bapak dari empat putri tersebut.