BRG Lakukan Pembasahan Antisipasi Karhutla di Sumsel

0

Urban ID - Badan Restorasi Gambut (BRG) terus meIakukan upaya pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) dengan melakukan program Pembasahan Kembali (Rewetting), Revegetasi, Revitalisasi SosiaI-Ekonomi masyarakat dan Program Desa Peduli Gambut di Sumatera Selatan. Apalagi, musim kemarau tahun ini diprediksi akan berlangsung lebih lama.

Deputi Bidang Edukasl, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRG, Dr. Myrna A. Safitri mengatakan pembasahan ekosistem gambut merupakan upaya awal pencegahan kebakaran, namun demikian, perlu tetap waspada karena kebakaran masih berpotensi terjadi.

Menurutnya, Kerusakan gambut yang sangat parah memerlukan waktu panjang untuk pemulihan karena gambut belum sepenuhnya kembali pada kondisi semula.

“Kita akan lakukan pembasahan kembali polanya seperti kanal yang ada di lakukan penyekatan, penimbunan supaya aliran air tidak keluar, penambahan sumur Bor. Sumur bor ini membantu membasahi lahan dari atas jadi ketika sudah kemarau lahanya terlihat mau kering kita buka sumur bor ini agae bisa membasahi lahan Gambut”, kata Myrna, Kamis (28/2).

BRG mencatat penurunan titik panas secara signifIkan ditemukan pada lokasi yang makin dekat dengan Pembangunan Insfrastruktur Pembasahan Gambut (PIPG) seperti sumur bor dan kanal.

“Jika berada pada radius 0-1 km dari PIPG, rata-rata hanya ada 2,4% hotspot. Semakin jauh dari PIPG, hotspot bertambah. Misalnya pada jarak 1-2 km, ditemukan 5,696 hotspot dan pada jarak lebih dari 2 km ada 92% hotspot,” jelasnya.

Pada 2018, telah terbangun 99 sumur bor, 516 sekat kanal dan 18 upaya penimbunan kanal untuk program pembasahan ekosistem gambut atau rewetting.

Untuk revegetasi di Sumsel bakal dilakukan pada 150 hektar Iahan sedangkan paket revitalisasi sosial ekonomi berupa paket peternakan, perikanan dan perkebunan sebanyak 26 paket telah didistribusikan kepada kelompok masyarakat di desa pada area target restorasi.

Pihaknya juga memantau kinerja intervensi PIPG yang telah dibangun BRG bersama mitra mengembangkan teknologi pemantauan tinggi muka air (TMA) di lahan gambut secara realtime melalui Sistem Pemantauan Air Laban Gambut (SIPALAGA).

Hingga Desember, telah terpasang 21 unit alat pemantau TMA di Sumsel. Alat pemantau TMA ini akan merekam parameter tinggi muka air, kelembaban tanah dan curah hujan per 10 menit dan akan mengirimkan datanya setiap harinya ke server.

“Alat ini harus di imbangi dengan tindakan kita, meskipun telah di pasang harus juga di pantau, jadi jika simalaga ini telah menunjukan sinyal merah dan tidak ada antisipasi dia akan tetap terbakar, simalaga ini hanya pemberi sinyal dan membatu kita untuk melakukan upaya antisipasi,” ujarnya.

Tidak hanya itu saja, pihaknya juga menyiapkan pemberdayaan masyarakat dilakukan dalam program Desa Peduli Gambut (DPG). Untuk Sumsel, program DPG pada 2017 -2018 dilakukan BRG bersama para mitra pada 43 desa/kelurahan yang berada di Kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin, dan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).

Seperti Desa Bumi Agung di Kecamatan lalan, Kabupaten Musi Banyuasin adalah salah satu desa yang masuk kc dalam Program DPG. Desa ini mendapat penghargaan sebagai Desa Peduli Gambut Terbaik pada perayaan 3 Tahun Restorasi Gambut dl Jakarta.

“Bumi Agung memiliki demplot pertanian gambut alami dan tanpa bakar. Demplot lni dimanfaatkan oleh petani untuk menanam berbagai jenis tanaman termasuk nanas. Mereka menghasilkan produk seninan Pangan yang bergabung ke dalam jenjang petani yang dibina Javara Indonesia, sebuah perusahaan eksportir pangan sehat di Jakarta,” pungkasnya. (Ghw)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here