Diserbu Produk Luar Negeri, Kopi Semendo Sumsel Masih ‘Eksis’ Dipasaran

0
Pengusaha Kopi di pasar 16 Ilir, Fandi

Urban ID - Kopi Semendo yang merupakan kopi khas dari Muara Enim, Sumatera Selatan masih ‘eksis’ dipasaran. Dengan aroma ciri khas rasa yang kuat, Kopi Semendo masih diburu oleh penikmat kopi meski harus bersaing ketat di era industri 4.0.

Dengan persaingan yang ketat dengan kopi sachet dan Brand kopi yang terjual di cafe-cafe yang menyediakan biji kopi berasal dari luar negeri, kopi Semendo memiliki rasa khas di lidah masyarakat Sumsel sehingga sampai saat ini masih dinikmati.

Salah satu pengusaha kopi Semendo di kawasan pasar 16 Ilir, Fandi mengatakan penjualan kopi Semendo dipasaran masih tetap tinggi khususnya masyarakat di daerah yang ada di Sumsel. Meskipun kopi Semendo harus bersaing dengan merk brand kopi ternama di era industri 4.0.

Hal ini terbukti dengan dalam Dua hari bisa meraih penghasilan mencapai Rp 20 juta dengan rata-rata menjual kopi Semendo hingga 2 ton.

“Dalam Dua hari saya bisa jual hingga 2 ton lebih kopi Semendo. Jika sepi itu bisa 1,5 ton jika lagi tingginya itu bisa  2,5 ton,” kata Fandi, Sabtu (23/2).

Dengan kopi Semendo sendiri yang relatif stabil dipasaran yakni Rp 25 ribu – Rp 60 ribu perkilogram yang terjangkau menjadi alasan kopi Semendo tetap dinikmati oleh berbagai kalangan.

“Harganya itu dari dulu sampai sekarang itu stabil tidak pernah mengalami kenaikan meski cuaca ekstrem sekalipun yakni yang paling murah Rp 25 ribu dan paling tinggi Rp 60 ribu perkiloram,” ujarnya.

Fandi mengaku kopi Semendo sendiri juga diburu oleh penikmat kopi bukan hanya dari Sumsel saja tetapi juga dari Bangka Belitung dan beberapa kota yang ada di pulau Jawa. “Ada juga yang membelinya dari Bangka Belitung dan beberapa kota di Jawa yang membeli disini,” ungkapnya.

Menurutnya, kopi Semendo saat ini kurang dinikmati oleh kaum milenial karena mereka lebih tertarik dengan brand kopi berasal dari luar negeri yang dijual di cafe-cafe.

“Penikmat kopi Semendo ini banyak disukai oleh masyarakat yang sudah berusia diatas 30 tahun ke atas sedangkan untuk kaum milenal ini masih rendah sekali,” bebernya.

Fandi menambahkan, dirinya berharap pemerintah daerah harus turun serta mengembangkan kopi Semendo sehingga tidak kalah bersaing dengan brand kopi lainnya.

“Pemerintah juga harus turut serta membudayakan kopi lokal itu bisa masuk ke dalam menu-menu yang ada di cafe-cafe sehingga kopi lokal ini bisa tetap eksis,” harapnya.

Hal senada juga diungkapkan pedagang lainnya, Budi yang mengklaim peminat kopi Semendo masih relatif tinggi ditengah banyaknya brand kopi saat ini. “Ya, mas masih cukup tinggi dari tahun lalu sampai awal tahun ini masih lumayan,” kata Budi.

Menurutnya, daya beli masyarakat khususnya penikmat setia kopi Semendo di daerah-daerah ini masih kuat karena saat ini sudah mulai memasuki musim panen.

“Jadi, masyarakat di daerah-daerah itu penghasilannya sekarang ini tinggi karena musim panen sehingga mereka banyak yang membeli kopi Semendo ini,” terangnya.

Apalagi, lanjut Budi, tahun 2019 ini merupakan tahun politik sehingga kepada Presiden dan Calon Legislatif yang terpilih bisa memperhatikan kopi lokal buatan daerah ini bisa dinikmati oleh setiap kalangan.

“Ini kan tahun politik saya berharap yang terpilih nanti membuat peraturan khusus apalagi bagi cafe-cafe luar negeri itu membuat menu sendiri kopi lokal seperti kopi Semendo ini sehingga bisa dinikmati semua kalangan,” tukasnya. (Bowok)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here