Urban ID - Pelaku usaha logistik di Palembang mulai merasakan dampak beruntunnya kenaikan biaya kargo yang diterapkan maskapai. Bahkan dikhawatirkan berdampak mengancam kerberlangsungan Usaha Kecil Menengah (UKM).
Kondisi ini membuat kontrak yang telah dijalin satu tahun ke depan dengan UKM menjadi terganggu, apalagi sebagian besar pelaku usaha yang baru tumbuh di jalur market place.
“Dalam waktu satu bulan sudah dua kali kenaikan biaya kargo, bahkan tertinggi mencapai 325 persen tergantung jarak, hal ini dapat menganggu kerja sama kontrak terutama bagi UKM yang jumlahnya ribuan,” kata kata Sekretaris Asosiasi Jasa Pengiriman Logistik (Asperindo) Sumatera Selatan, Haris Djumadi Palembang, Rabu (13/2).
Dia mengatakan, pihaknya tidak bisa merubah perjanjian kontrak, apalagi saat ini pihaknya bersentuhan langsung dengan pelaku usaha. “Jadi bisa dibayangkan bagaimana kami menghitung biaya yang pantas kepada pelaku usaha, kalau kenaikan rata mencapai 70 hingga 325 persen,” katanya.
Dia mengklaim, peran maskapai penerbangan juga harus memikirkan nasib pelaku usaha, hal ini juga berkaitan dengan kemajuan ekonomi kerakyatan. Pihaknya pun memahami tentang institusi dan bisnis maskapai, namun tidak juga kenaikan dilakukan dalam waktu singkat.
“Apalagi jika alasannya tentang besaran keuntungan pelaku jasa logistik, ini tentunya bukan ranah maskapai. Jikapun untuk menutupi kerugian, seharunya tidak secara beruntun,” katanya.
Meskipun biaya kargo ini bukan merupakan satu-satu komponen biaya, namun menurutnya kenaikan yang beruntun dapat mematikan kelangsung usaha.
Apakah perusahaan logistik di Palembang akan menerapkan tarif tinggi setelah ini?, Haris yang juga menjabat Branch Manager (BM) Tiki Palembang menuturkan pihaknya sepakat dengan perusahaan ekspedisi untuk lebih optimalkan pengiriman melalui jalur darat.
Pihaknya tidak bisa begitu saja menaikan secara signifikan. Kenaikan yang dilakukan hanya berkisar 15 persen. “Pasti berdampak, saat ini pengiriman paket barang turun hingga 20 persen,” kata dia. (enno)