Urban ID - Resiko kredit Sumatera Selatan (Sumsel) Januari 2019 naik, angka Non Performing Loan (NPL) tembus 4,24 persen dan tinggi sejak tiga tahun terakhir. Salah satu sektor yang cukup mempengaruhi adalah pertambangan dan penggalian.
Kepala BI Perwakilan Sumsel Yunita Resmi Sari mengatakan kredit ini perlu diwaspadai karena berada pada level yang cukup tinggi sejak bulan Oktober 2018.
“Penyebab kenaikan NPL lebih kepada pengaruh global, seperti penurunan harga batubara yang dialami secara nasional, dan juga permintaan yang turun namun NPL masih di bawah 5 persen,,” katanya, Senin (4/3/2019).
Dari data yang dihimpun per Januari 2017 NPL berada di angka 2.18 persen, Januari 2018 sebesar 2.40 persen. “Januari naik walau masih di bawah ambang batas 5 persen, sektor ini memang perlu diwaspadai, namun untuk konsumtif tetap rendah, ” katanya.
Dikatakan Yunita, sektor ini sejak kuartal ke empat tahun lalu berkontribusi tertinggi terhadap NPL yakni 24.86 persen, dan Januari tahun ini menjadi 24.15 persen. “Namun perlu diingat juga tentang basis kredit, sehingga menyebabkan NPL,” katanya.
Dia menjelaskan, berdasarkan sektor, pangsa kredit terbesar ditunjukkan pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor perdagangan besar dan eceran, serta sektor industri pengolahan.
Di sisi lain, pertumbuhan DPK Sumsel Januari 2019 sebesar 9,69% (yoy) melambat dibandingkan Desember 2018 sebesar 11,09%. Pangsa DPK terbesar adalah berasal dari tabungan sebesar 46,1% dari total DPK.
Penghimpunan DPK jenis giro mengalami penurunan yaitu dari tumbuh sebesar 20,65% (yoy) menjadi 12,93% (yoy) ditengarai akibat pola historisnya di awal tahun dimana korporasimenarik dananya dari perbankan. (enno)