Urban ID - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera Selatan kembali menyebabkan kabut asap di Kota Palembang. Bahkan, Badan Meteorologi, Klimatollogi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, kabut asap yang terjadi pada Senin (14/10) merupakan paling ekstrem sepanjang peristiwa karhutla di ‘Bumi Sriwijaya’.
Pantauan satelit LAPAN, titik panas di wilayah Sumatera Selatan dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen mencapai 260 titik. Kabupaten OKI menjadi wilayah yang paling banyak terdeteksi titik panas dengan 139 titik, dan Banyuasin 67 titik.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Bambang Beni Setiaji, mengatakan, kondisi kabut asap ini menjadikan yang terekstrem selama berlangsungnya karhutla di Sumsel di tahun 2019.
“Intensitas asap umumnya meningkat pada pagi hari dari pukul 04.00 WIB hingga 08.00 WIB dan sore hari pukul 06.00-20.00 dikarenakan labilitas udara yang stabil atau tidak ada massa udara naik pada waktu-waktu tersebut,” katanya.
Bambang bilang, fenomena asap sendiri diindikasikan dengan kelembapan yang rendah dengan partikel-partikel kering di udara, mengurangi jarak pandang, beraroma khas, perih di mata, mengganggu pernafasan dan matahari terlihat berwarna oranye atau merah pada pagi dan sore hari.
“Jarak pandang terendah pada pagi hari tanggal 14 Oktober 2019 berkisar hanya 50-150 meter dari pukul 06.30-08.30 WIB dengan kelembapan pada saat itu 95-96 persen,” katanya
Menurutnya, kondisi ini juga diperparah dengan menurunnya potensi dan intensitas hujan di wilayah Sumsel selama tiga hari ke depan yakni 14-16 Oktober 2019. Sedangkan secara Lokal, kondisi hujan akibat faktor lokal atau awan konvektif akan tetap berpotensi di wilayah bagian barat Sumsel dikarenakan kelembapan udara lapisan atas cukup memadai untuk pertumbuhan awan.
“Biasanya hujan yang terjadi berlangsung sebentar, sporadis berbeda tiap tempat dan berpotensi petir disertai angin kencang,” katanya. (eno)